Cari Blog Ini

LAPORAN UTAMA, PENDIDIKAN, KESEHATAN, LINGKUNGAN, DAERAH

Minggu, 10 Juli 2011

Psikolog : Anak Hiperaktif Tak Berarti Bodoh

pendidikan terapis untuk orang tua

Yogyakarta (MAJALAH KOMUNITAS) - Anak yang hiperaktif tidak selalu identik dengan bodoh atau kurang pintar, tetapi anak hanya tidak dapat memusatkan perhatian dengan baik, kata psikolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta MG Adiyanti.

"Anak hiperaktif berisiko tinggi untuk mengalami kegagalan dalam menjalankan tugas-tugas yang terstruktur, sehingga anak membutuhkan keteraturan dan ketekunan berkesinambungan," katanya di Yogyakarta, Minggu.

pelatihan untuk orang tua tentang terapis hiperaktif anak
Menurut dia, hal yang banyak ditemui adalah kegagalan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas. Bahkan dalam pergaulan sehari-hari, anak hiperaktif sering mengalami kesulitan, terutama dalam mempertahankan pertemanan.

"Hiperaktif memiliki tiga gejala utama, yakni inatensi (tidak dapat memusatkan perhatian), impulsivitas (mereaksi dengan cepat tanpa harus berpikir panjang), dan hiperaktivitas (aktivitas fisik yang berlebihan di atas rata-rata anak seusianya)," katanya.

Ia mengatakan faktor fisiologis dan neurologis serta dampak pola konsumsi obat tertentu merupakan penyebab terjadinya hiperaktivitas. Jika penyebab itu tidak ditemukan, kemungkinan anak tersebut tidak mendapatkan cara pendidikan norma perilaku secara tepat.

"Oleh karena itu, orang tua dan guru di sekolah harus mampu mengatur pola komunikasi dengan anak secara baik. Kebiasaan bertindak kasar dan bersuara keras pada anak sebaiknya dihindarkan," kata dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Menurut dia, sekitar 10 persen anak usia sekolah dasar (SD) di Indonesia mengalami perilaku hiperaktif. Anak hiperaktif menunjuk pada ketidakmampuan untuk mengontrol perilaku.

"Kondisi itu mengakibatkan aktivitas melebihi rata-rata anak pada umumnya. Perilaku hiperaktif ini dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain, karena anak terkadang tidak bisa memperkirakan dampak dari perilakunya," katanya. 

Sumber : Antara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar