Cari Blog Ini

LAPORAN UTAMA, PENDIDIKAN, KESEHATAN, LINGKUNGAN, DAERAH

Minggu, 09 Januari 2011

Lulusan SMK Juga Bisa Kuliah Sampai Doktor


Gunawan Abidin
Ph.D student, Biological Science Burapha University, Bangsaen, Thailand

Saat tahun ajaran baru, para orang tua sibuk mempersiapkan putra putrinya untuk mendaftar sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Biasanya orang tua memilih sekolah favorit walau dengan persyaratan nilai akademik yang tinggi dan biaya yang lebih besar tentunya. Hal ini mungkin berlaku untuk orang tua menengah ke atas yang tidak dipusingkan oleh biaya pendidikan dan sarana lainnya yang diperlukan untuk putra putrinya selama menempuh pendidikan.

Dan tengoklah bagaimana potret para orang tua di Desa dengan rata rata ekonomi menengah kebawah yang kebanyakan petani/nelayan dengan kepemilikan lahan sempit atau sebagai buruh tani. Merekapun punya cita-cita tinggi menyekolahkan putra putri mereka, menabung hasil panen dengan harapan generasi berikutnya bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi tidak seperti mereka para orang tua yang rata rata tamatan Sekolah Dasar.

Kebanyakan masyarakat Desa memilih sekolah bukanlah karena  favorit atau tidak favorit akan tetapi lebih karena  terjangkau lokasi dan lebih irit  biaya transportasi.  Dan terkadang dengan alasan anak bisa membantu orang tua selepas sekolah semisal ke sawah atau menyabit rumput.

Beberapa tahun terakhir pemerintah mencanangkan lagi peningkatan sekolah kejuruan dengan menambah jumlah SMK  yang diharapkan lulusannya lebih siap untuk pasar kerja. Upaya ini adalah berdasarkan data banyaknya lulusan SLTA dan sarjana yang menganggur walaupun lulusan SLTA dibekali dengan cakupan bidang ilmu yang lebih  luas akan tetapi terkendala dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. sehingga visi pemerintah untuk mencetak lebih banyak wirausahawan dan meningkatkan  pertumbuhan ekonomi  dan penyerapan tenaga kerja  akan lebih mudah dicapai melalui jenjang SMK .

Kurikulum SMK memang lebih banyak praktek atau ”learning by doing” dan menyesuaikan bidang ilmu dengan potensi Daerah yang bisa dikembangkan. Harapannya akan bermunculan intrepreneur baru, UKM baru, pabrik baru dan membuka lapangan  kerja baru. Juga lulusan SMK pun bisa berkarier di jajaran pemerintahan, birokrat ataupun politikus.

Saya teringat tayangan Tantowi Yahya di televisi dengan ”SMK BISA” dan sosok Agus Mariadi pemenang kuis Milioner yang hanya tamatan STM dan berprofesi sebagai loper koran. Kejadian ini terasa menghentak dan betapa kemampuan seseorang tidak bisa hanya diukur dari tingkat pendidikan atau dari pekerjaan yang dilakoninya.

Setelah menyaksikan  promosi ”SMK BISA” atau tayangan kuis milioner Agus Mariadi tadi apakah dengan serta merta merubah persepsi tentang sekolah di SMK lebih baik dan lebih unggul ?  mungkin diperlukan survey mengenai hal tersebut. Akan tetapi untuk masyarakat kelas ekonomi menengah kebawah bersekolah di SMK merupakan suatu kebanggaan karena mungkin terjangkau biayanya, lokasi lebih dekat dan malah siswanya sudah bangga terlebih dahulu melihat seragam yang dikenakan, semisal SMK kelautan mengenakan  atribut layaknya Angkatan Laut.

Memang tidak ada masalah bagi saya apabila seseorang akan bersekolah di SLTA atau di kejuruan/SMK.Yang menjadi masalah adalah ketika ada orang tua yang menanyakan dan berkeinginan anaknya kelak berpendidikan lebih tinggi, menjadi sarjana, dosen ataupun profesor. Lazimnya di Desa mereka akan bertanya kepada tokoh masyarakat misalnya Kepala Desa, Guru, Penyuluh Pertanian ataupun pegawai lainnya. Dan disinilah masalahnya, tokoh tersebut sebagian besar akan menyarankan lebih baik sekolah ke SLTA apabila ingin kelak menjadi sarjana atau profesi yang dimaksud.

Sebagai orang Desa yang tinggal di Desa, saya rajin mempromosikan keunggulan SMK dan menceritakan berdasarkan data bahwa lulusan SLTA yang dapat melanjutkan pendidikan  ke perguruan tinggi hanya sekitar 40 persen dan selebihnya tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dan tidak dapat diserap di dunia kerja. Keunggulan lain dari SMK adalah  mengajarkan untuk hidup mandiri sejak dini dengan memberi contoh bahwa seseorang bisa saja menggapai jenjang pendidikan sarjana sembari bekerja dengan tidak bergantung atau membebani orang tua.

Jadi  sekolah di SMK pun kita bisa mengenyam pendidikan formal tertinggi sepanjang kita ada niat dan kesungguhan. Terlebih lagi apabila mutu pendidikan SMK ditingkatkan dengan pembenahan terhadap persoalan yang dihadapi. Pembenahan terhadap kurikulum pendidikan yang  memberikan kemampuan dasar dan ketrampilan  minimal, menerapkan konsep belajar tuntas sehingga membentuk karakter kreatif, mandiri dan demokratis. Terlebih lagi dengan mengajak Lembaga Swadaya Masyarakat, paguyuban ataupun kelompok pakar di Daerah maupun Nasional  untuk urun rembuk tentang konsep dan strategi pendidikan  tentunya dengan tujuan pendidikan  yang  mencetak wirausahawan baru.

Untuk meyakinkan tetangga saya tentang SMK dan jenjang pendidikan ke depan yang bisa dicapai akhirnya sayapun bercerita tentang pengalaman pribadi, bahwa saya sekolah jauh ke Bogor adalah untuk bersekolah di SMK  jurusan perikanan yang mendapat kemudahan beasiswa, kemudian menyelesaikan sarjana Strata 1 sambil bekerja dan akhirnya mendapat  Beasiswa dari  Program Beasiswa Unggulan Mandiri Depdiknas untuk jenjang Srata 3 (Doktor) jurusan Biologi Kelautan di Thailand. Tidak lupa saya bercerita tentang Program Beasiswa Unggulan Depdiknas yang mencoba menyentuh potensi-potensi yang ada di masyarakat dengan menyediakan Beasiswa untuk Peneliti, Pencipta, Penulis, Seniman, Wartawan, Olahragawan dan Tokoh (P3SWOT) bahkan orang cacatpun berhak dan bisa  mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

Mengutip pernyataan DR. AB Susanto (Koordinator Bea Siswa Unggulan) : ”Sesungguhnya apabila ada program beasiswa yang lebih mudah didapatkan  dan menyentuh masyarakat ekonomi lemah di pedesaan dan melalui program apapun namanya, banyaklah potensi anak Desa atau anak Bangsa yang bisa mengenyam pendidikan lebih  tinggi”.

”ayo sekolah..!!” dan semoga tujuan pendidikan dan seperti yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu : (1) learning to know ( belajar untuk mengetahui), (2) learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu), (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) dan (4) learning to live to gether (belajar untuk menjalani kehidupan bersama) bisa tercapai.


Gunawan Abidin, Desa Ubung - Lombok Tengah,
Ph.D student, Biological Science Burapha University, Bangsaen, Thailand.

2 komentar:

  1. bagus sekali artikelnya.. saya juga lulusan SMK... semoga masyarakat di desa bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi

    BalasHapus
  2. Mas Gunawan Abidin, saya Asep dari Demi Gisela, sebuah rumah produksi. Saya ada rencana untuk wawancara dg mas terkait materi yang mas tulis di atas untuk sebuah program TV yang rencananya bakal di tayang di salah satu TV swasta. Mohon responnya bisa dikirim ke asep32@yahoo.com yah mas. Terima kasih banyak ya.

    salam hormat saya,



    asep

    BalasHapus