Cari Blog Ini

LAPORAN UTAMA, PENDIDIKAN, KESEHATAN, LINGKUNGAN, DAERAH

Kamis, 28 Juli 2011

Sekda : Menaikkan Harga Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, Tidak Terpuji

Iman Alirahman, Sekda Garut. Foto: Humas Pemkab Garut

Garut, Jabar (MAJALAH KOMUNITAS) - Dalam konteks ketahanan pangan, naik dan turunnya harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. 

Dengan melihat perkembangan harga pangan dari waktu ke waktu maka dapat mengetahui berbagai hal seperti ketersediaan, pasokan, permintaan, kelancaran distribusi, kondisi perdagangan di pasar, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli masyarakat, kesejahteraan petani produsen, dan sebagainya. 

Demikian disampaikan Sekretaris Daerah Garut H. Iman Alirahman, SH, M.Si., selaku Katua Harian Dewan Ketahanan Pangan pada acara Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Garut pada Rabu (27/07) di Aula Sekda Kab. Garut.

Menurut Sekda, kenaikan harga pangan bisa disebabkan oleh alasan tenis maupun non teknis. Secara teknis, kenaikan harga pangan bisa terjadi akibat turunnya pasokan hingga langkanya pangan di pasar, adanya kenaikan permintaan masyarakat, dan atau kombinasi keduanya. 

Secara non teknis, kenaikan harga bisa disebabkan oleh spekulan yang menimbun pangan dan pengaruh psikologi pedagang untuk memperoleh keuntungan besar dengan menaikkan harga pada waktu menjelang hari-hari besar keagamaan dan nasional, seperti menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Alasan ini dinilai tidak terpuji dan merugikan konsumen.

Dampak dari kenaikan harga beberapa jenis pangan strategis terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah adalah semakin rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap terhadap pangan, baik dalam jumlah, maupun mutunya. 

Untuk mengantisipasinya bisa dengan cara mengurangi volume pembelian pangan, mengurangi frekuensi makan, dan melakukan diversifikasi (penganekaragaman) atau substitusi (penggantian) terhadap pangan yang harganya naik. Untuk melakukan diversifikasi umumnya kesulitan karena terbentur masalah edukasi dan budaya. 

Sedangkan dengan mengurangi jumlah pangan yang dibeli, serta mengurangi frekuensi makan dihawatirkan mengganggu pemenuhan gizi harian, sehingga akan mengancam ketahanan pangan berupa terjadinya kerawanan pangan serta penurunan produktifitas.

Harapan Sekda, melalui Rapat Koordinasi yang bertema “Evaluasi Ketersediaan Pangan, Distribusi dan Harga Pangan Menjelang Hari-Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN)” dapat terkumpul data dan informasi mengenai ketersediaan, distribusi, dan perkembangan harga pangan dari berbagai pihak, serta dapat merumuskan langkah-langkah operasional dalam rangka mengantisipasi permasalahan ketersediaan, distribusi, dan harga pangan menjelang dan selama hari besar keagamaan seperti bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini. (Biro Garut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar