Cari Blog Ini

LAPORAN UTAMA, PENDIDIKAN, KESEHATAN, LINGKUNGAN, DAERAH

Kamis, 30 September 2010

SBI ; IDEALISME DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA


*Arta Peto Sinamo

Tulisan ini mencoba membahas apa dan bagaimana seharusnya sekolah yang disebut bertaraf internasional.Itulah gambaran ideal sekolah bermutu.Isu utama adalah bagaimana mewujudkan idealisme tersebut dan apa prioritas yang harus dilakukan sekolah agar memiliki fundasi yang kuat untuk membangun sekolah bertaraf internasional.

KONSEP UTAMA
Bersyukur sekali penulis sudah mengunjungi berbagai sekolah dan perguruan tinggi di negara-negara maju seperi Amerika, Inggris, Australia dan Singapura jauh sebelum pemerintah Indonesia mempopulerkan istilah RSBI dan SBI. Mari sebentar kita melihat dan mereview apa dan bagaimana aturan dari pemerintah berkaitan dengan sekolah bertaraf internasional.

Pengertian :
Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (8 standar) dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. Adapun Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dimaksud meliputi: a. Standar isi; b. Standar proses; c. Standar kompetensi lulusan; d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan; e. Standar sarana dan prasarana; f. Standar  pengelolaan; g. Standar pembiayaan; dan h. Standar penilaian pendidikan.


Apabila sekolah sudah memenuhi minimum kriteria 8 di atas maka sekolah mendapat pendampingan, pembimbingan dan penguatan dalam bentuk RSBI. Apabila RSBI sudah dilewati maka akan masuk menjadi SBI.

Kriteria SBI

No
Parameter
Persyaratan
1
S N P
Harus sudah terpenuhi
2
Guru
Min S2/S3 : 10% (SD); 20% (SMP); 30% (SMA/K)
3
Kepala Sekolah
Min S2 dan mampu berbahasa asing secara aktif
4
Akreditasi
A ( 95)
5
Sarana Prasarana
Berbasis TIK
6
Kurikulum
KTSP diperkaya dengan kurikulum dari negara maju, penerapan SKS pada SMA/SMK
7
Pembelajaran
Berbasis TIK, dan bilingual (mulai kelas 4 SD), sister school dengan sekolah dari negara maju
8
Manajemen
Berbasis TIK; ISO 9001 dan ISO 14000
9



10
Evaluasi



Lulusan
Evaluasi Menerapkan model UN dan diperkaya dengan sistem ujian internasional (Negara Maju dan atau negara lain yang memiliki keunggulan tertentu)

Memiliki daya saing internasional dalam melanjutkan pendidikan dan bekerja (SMK)
11
Kultur Sekolah
Terjaminnya Pendidikan Karakter, Bebas Bullying, Demokratis, Partisipatif
12
Pembiayaan
APBN, APBD dan boleh memungut biaya dari masyarakat atas dasar RAPBS yang akuntabel; min 20% peserta didik tidak mampu mendapatkan subsidi pendidikan

Program dan Strategi
Ada 10 langkah yang harus dilakukan sekolah agar secara sistematis  menuju SBI:
  1. Mempersiapkan kurikulum yang mengacu pada kurikulum negara maju
  2. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran
  3. Melatih guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran
  4. Meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru
  5. Mendapatkan pendampingan dari Tenaga Ahli
  6. Menjalin sister school
  7. Meningkatkan kemampuan guru dalam berbahasa internasional
  8. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu (ISO)
  9. Menyelenggarakan pelatihan leadership untuk Kepala Sekolah
      10. Melengkapi sarana sekolah

Melihat kriteria dan strategi yang harus dilakukan di atas, tampaklah bahwa menuju SBI adalah pekerjaan raksasa yang membutuhkan komitmen dan konsistensi usaha, kerja keras dan financial serta waktu. Barangkali karena saking susah dan lamanya untuk mencapai standar tersebut, di tengah budaya kita yang ingin instan dan materialistis, maka istilah SBI menjadi Sekolah Bertarif Internasional alias mahal.

DARI MANA MULAI?

Memperhatikan 10 langkah menuju SBI, kalau dikaji ulang, ternyata benang merah yang harus diperhatikan dan perlu prioritas  adalah masalah KUALITAS GURU DAN KEPALA SEKOLAH. Sebegitu pentingnya kualitas guru dan kepala sekolah bahkan jauh lebih penting dari seluruh aspek pendidikan dan persekolahan. Mari kita urai.

GURU ADALAH THE ‘RIEL CURRICULUM” : Memang ada sillabus, topik dan target dari pemerintah dan sekolah. Daftar itu menjadi guideline bagi kegiatan pembelajaran. Tapi sesungguhnya apa dan bagaimana kurikulum itu disampaikan sangat tergantung kepada apa dan bagaimana guru menafsirkan kurikulum. Artinya bagaimana guru menafsirkan kurikulum yang tertulis, sangat tergantung pada pemahaman,wawasan, dan nilai/values guru. Apabila guru memahami pentingnya topik dan dia bisa “menjual” topik dan pelajarannya kepada siswa, maka siswa akan menyenangi pelajaran dan siswa akan belajar banyak dari pelajaran tersebut.


GURU ADALAH DIRIGEN KELAS : Proses belajar yang menyenangkan terjadi apabila antara guru dan siswa terjalin kerjasama.Tapi yang utama adalah bagaimana sang guru menyiapkan dan mengorkestrakan seluruh komponen yang terlibat. Antara topik dan strategi dan metodologi belajar serta bagaimana melibatkan siwa sangatlah penting dioskestrakan bersama sehingga diujungnya terjadi proses pencerahan. Pemilihan topik yang tepat, cara  yang tepat, alat serta media pembelajaran yang tepat akan membuat siswa senang belajar.

GURU ADALAH TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI YANG PALING KUAT: Betul, teknologi pendidikan memainkan peran penting dalam memudahkan siswa belajar. Tapi sejatinya defenisi teknologi pendidikan adalah cara bagaimana agar siswa lebih mudah belajar. Sesederhana itu. Meskipun ada teknologi canggih, bila tidak tahu cara memanfaatkannya, akan sia-sia juga.Sebaliknya dengan teknologi sederhana pun apabila bisa digunakan, maka akan efektif . Tantangannya adalah bisakah guru secara kreatif memanfaatkan seluruh sumber yang ada sebagai sumber dan alat belajar. Bisakah guru menggunakan daun kering yang berserakan di luar sebagai alat peraga belajar science? Bisakah guru menggunakan sampah plastik yang bertebaran di jalan sebagai alat belajar lingkungan? Bisakah siswa dibawa ke bawah pohon dan belajar tentang oksigen? Bisakah perempatan lampu merah macet digunakan sebagai alat belajar kedisiplinan?

GURU ADALAH MOTIVATOR DAN PEMBANGUN HARGA DIRI
Pengalaman puluhan tahun menyeleksi, mentraining,bergaul dengan puluh ribuan guru , ada saatnya penulis berfikir ulang tentang APA SESUNGGUHNYA YANG MEMBUAT SISWA MAU BELAJAR DAN MENGINGAT PELAJARAN YANG DIAJARKAN GURU? Survey yang dilakukan saat menulis buku 8 ETOS KEGURUAN oleh Jansen H.Sinamo, hasilnya menakjubkan. Sangat sederhana dan murah. Saking sederhananya membuat penulis untuk berfikir ulang tentang konsep pendidikan. Lebih dari 85% topik pelajaran bisa dilupakan dan tidak relevan lagi. Itu berarti apa yang dipelajari menjadi sampah. Lalu apa yang tinggal? Yang diingat siswa adalah bagaimana sang guru berbicara kepadanya, kata inspirasi apa yang diberikan, kaitan topik dengan hidup sehari-hari, kala siswa kesulitan guru hadir, saat lagi bete, guru mengerti dan melakukan sesuatu untuk mengatasi bete. Yang paling lama tinggal dalam benak siswa adalah manakala dia dipuji karena berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan bagus. NAH...sesederhana itu.

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PANUTAN DAN ”CHANGE AGENT”

Ada pameo mengatakan:”So its the principal, it is the school” Sekolah itu bagaimana kepala sekolahnya, itu betul sekali.Mengapa? Karena budaya, kebiasaan, standar kerja dan pelayanan bahkan arah mau dibawa kemana sekolah, sangat ditentukan oleh kualitas kepala sekolah.Apabila dia memiliki etos kerja, standar kerja, jelas visi/misinya, punya kepemimpinan dan manajerial yang bagus, bisa dipastikan sekolah akan berkualitas. Apalagi kepala sekolah didampingi wakil kepala sekolah, ketua bidang studi dan unsur pimpinan lainnya yang nota bene adalah guru juga, maka naiklah kualitas sekolah.



STANDAR INTERNASIONAL, APA HARUS MENGGLOBAL?
Kriteria sekolah yang dikemukakan oleh Council of International Schools (CIS) bahwa hampir 150 indikator kualitatif yang dikemukakan, berbeda dengan kriteria menuju SBI yang dipaparkan di atas.Yang menarik adalah bahwa benang merah semua kriteria yang diajukan oleh CIS, kunci kualitas utama ada pada isu yang penulis kemukakan di atas. Yang berbeda adalah bahwa di CIS ada governing body semacam pengurus yayasan atau penasihat.Mereka tidak boleh terlibat dalam kegiatan operasional rutin sekolah.

Kriteria lain yang bisa dilihat adalah yang dikeluarkan oleh Association of National Plus School (ANPS –SBI) Indonesia. Aspek yang dinilai dan fokus perhatiannya juga hampir sama-sama dengan CIS. Bedanya CIS lebih rumit dan detail sedangkan ANPS –SBI lebih sederhana tapi penting.

Ada baiknya pemerintah melihat ulang kriteria penentuan SBI agar lebih mudah melakukan penilaian. Juga dalam pelaksanaan pemberian ijin SBI perlu dilakukan penilaian awal sebelum diberikan ijin. Tidak mudah menjadi sekolah dengan standar internasional. Pemerintah harus tegas dalam memberikan ijin kepada sekolah negeri maupun swasta untuk menjadi sekolah internasional. Jangan terjebak dengan tuntutan masyarakat padahal itu adalah harapan pebisnis di bidang pendidikan. Kembalikan sekolah kepada konsep dan hakekatnya melakukan pendidikan. Mestinya apabila suatu sekolah dikategorikan sebagai SBI, benar-benar bisa mengglobal karena Indonesia adalah bagian dari global society. ***

*Arta Peto Sinamo adalah
  • Ia berpengalaman di bidang pendidikan dan pelatihan selama 30 tahun dan telah melatih pululan ribu orang di sekolah umum dan kejuruan dari Sabang sampai Merauke. Pelatihan di korporasi seperti Bank OCBC NISP, Bank Mandiri, Bank Lippo, Charoen Popkhand, RS Internasional Bintaro, PT Mandom, Gramedia dan Matahari Group dilakukannya.
  • Sebagai Head of School di sekolah-sekolah internasional di Jakarta seperti Sekolah Pelita Harapan, Victory Plus, Stella Maris international School dari usia 2 sampai 18 tahun menggunakan kurikulum Cambridge dan International Baccauleare (IB) yang lulusannya bisa diterima di seluruh perguruan tinggi di berbagai belahan dunia.
  • Lulusan  University of London ini telah melalang buana ke berbagai negara dari Eropah ke Amerika, ke Australia dan berbagai negara Asia tentang pendidikan dan aplikasinya ke negara-negara berkembang telah memberikan insight apa yang perlu dan penting dilakukan di bidang pendidikan dan pelatihan.
  • Beberapa kali tampil di televisi seperti O Channel, TVRI, DAAI dan radio seperti Radio Trijaya FM, AR Hakim, Gaya FM , Dakta FM seputar dunia pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar