H. Chaerudin, jawara penjaga Kali Pesanggrahan |
Kali jangan dikotori, karena kali tempat mengenal Tuhan. Itulah petuah si jampang Kali Pesanggrahan, H Chaerudin, Ketua Kelompok Tani Lingkungan Hidup Sanggar Buana, kepada Kota Bekasi.
Pengalamannya selama 20 tahun nongkrongin Kali Pesanggrahan Jakarta, membuatnya menjadi inspirasi bagi semua orang agar mencintai alam, terutama kali. “Karena dari budaya kita, selamatkan alam (kali) ini,” ujar Bang Udin panggilan akrabnya.
Lelaki penyelamat kali pesanggrahan ini telah berhasil menanam pohon hingga 60 ribu batang di pinggiran kali. Bahkan, ia mengaku telah memiliki lahan hingga 120 ha yang ditanami berbagai aneka tanaman buah, palawija hingga tanaman langka dikawasan Kampung Karang Tengah, Lebak Bulus Jakarta Selatan.
“Saya melakukannya bukan untuk dapat penghargaan, atau piala, istilah orang-orang—kali bukan warisan nenek moyang lu, tetapi untuk tabungan anak cucu kita,” kata Bang Udin yang hanya lulusan SD ini.
Bermula dari keprihatinan seorang jawara Kampung Karang Tengah, banyak menurutnya bangunan di Jakarta dibangun tanpa arah dan tidak menghargai budaya. “Jakarta membangun seenak jidatnya doang,” ungkap Bang Udin dengan logat Betawinya yang khas dihadapan peserta rapat dan konsultasi publik ke-3 pada Program Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Bekasi di VIP Room Bumbu Desa, BCP, Selasa, 23/11 lalu.
Dari keprihatinan tersebut, dia mencoba memahami alam dengan menelusuri kali pesanggrahan mulai dari Gunung Mandalawangi Bogor hingga ke Kapuk Muara dimana Kali Pesanggrahan bermuara. Perjalanannya memakan waktu hingga 5 hari 6 malam.
Buah dari hasil keringatnya saat ini sudah dapat dinikmati oleh puluhan ribu warga yang berada di bantaran kali pesanggrahan.
Bang Udin pun sudah memiliki binaan hingga ke Tasikmalaya Provinsi Jabar, Kolaka Sulawesi hingga binaan di wilayah Kalimantan. Bahkan, dia sudah menjadi nara sumber dimana-mana termasuk pernah diundang ke Australia, Dubai, dan Jepang.
Ia berharap, penanganan kali Bekasi melalui pendekatan kecintaan atas alam itu sendiri. Termasuk diantaranya pendekatan melalui dongeng dan cerita-cerita heroik yang pernah terjadi di Bekasi. “Saat ini sangat kecil pengetahuan orang soal Bekasi. Padahal kota ini terkenal dengan Kota Pejuang dan Kota Patriot. Belum lagi, engkongnya orang Jakarta dan Jawa Barat yakni Kerajaan Taruma (Kali Bekasi/Chandrabaga) berasal dari Bekasi,” ungkap si tukang kambing mererot di pinggiran Lebak Bulus ini.
“Hari ini Bang Udin datang ke Kota Bekasi bukan untuk yang pertama dan yang terakhir. Tapi ini sebagai tahap permulaan. Saya dan tim siap membantu membenahi Kali Bekasi yang merupakan cikal bakal sejarah Jabar dan Jakarta ini. Saya bermimpi membuat festival Kali Bekasi,” kata Bang Udin yang pada tahun 1998 berhasil melaksanakan Festival Kali Pesanggrahan dengan sedekah buminya yang mampu mengumpulkan 2.000 tumpeng di pinggir kali.
“Mulai saat ini manajemen kearifan alam harus dimulai di Kali Bekasi. Saya yang orang bodoh ini, kalo kata orang hanya berdasar keinginan tanpa perintah sebagai intelektual faham. Bahwa kali bukan warisan nenek moyang kita. Tetapi kali menjadi tabungan untuk anak cucu kita kelak. Untuk itu perlu dijaga dan dilestarikan,” akhir Bang Udin. (001/red)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar